Dwittasari :)

Musikalisasi Puisi-Mengais Masa Lalu insp.Dwitasari
Kamu selalu mengajariku mengais-ngais masa laluMemaksa ku untuk kembali menyentuh kenanganTerdampar dalam bayang bayang yang kau gurat yang kau buat sengajaSeakan-akan sosokmu nyataMenjelma menjadi sosok pahlawan kesiangan yang merusak kebahagiaanDalam kenanganKau seret aku perlahan menuju masa yang seharusnya aku lupakan Hingga aku kelelahanHingga aku sadarbahwa aku sedang dipermainkanInikah caramu menyakitiku ?Inikah caramu mencabik-cabik perasaanku ?Apa dengan melihat tangisku ,itu berarti bahagia buatmu ?Apa dengan menorehkan luka dihatiku,berarti kemenangan bagimu ?Siapa aku dimatamu ???Hingga begitu sulit kau lepaskan aku dari jeratanApa boneka kecilmu ini dilarang untuk bahagia?Apakah wayang yang sering kau mainkan ini,dilarang untuk mencari kebebasan ?Mengapa kau selalu perlakukan aku seperti mainan ?Kapan kau ajari aku kebebasan ?Ajari aku caranya melupakan!Meniadakan segala kecemasanMeniadakan segala kenangan.Nyatanya ,derai air mataku hanya disebabkan olehmuAjari aku caranya melupakanSehingga aku lupa caranya menangisSehingga aku lupa caranya meratapKarna aku selalu kenal air mataAku hanya ingin tertawaSehingga hati aku mati rasa akan luka





 musikalisasi  dwitasari - "kepergianku"


Setiap pertemuan pasti ada perpisahan.
Cepat atau lambat pepatah ini akan terjadi pada siapapun, termasuk aku.
Iya, tentu saja ada airmata, tentu saja ada semilir duka.
Tapi aku percaya semua ini akan terlewati dan kembali baik-baik saja.
Aku juga manusia biasa, punya rasa rindu yang menggebu.
Aku rindu menjadi diriku sendiri, aku yang utuh.
Aku yang ku kenali, aku yang ku inginkan.
Memang semua tak lagi sama, tapi percayalah, ini yang terbaik.
Jangan ada benci apalagi caci, kita telah dewasa.
Bukankah dewasa berarti siap melupakan juga merelakan.
Kita masih bisa bertemu dalam nyata atau dalam doa.
Kita masih bisa saling membahagiakan.
Dalam peluk, dalam tawa, manis.
Ini bukan kepergian, kita hanya sama-sama ingin meraih tujuan.
Tolong, tolong jangan anggap ini perpisahan.
Hanya raga kita yang terpisah, tapi hati ini masih saling bertautan.
Tubuhku memang tak lagi bersama kalian.
Tapi, izinkan aku menyelamatkan hati.
Agar perbedaan ini tak jadi bumeranguntuk saling menyakiti.
Aku pergi karena aku ingin menjadi yang aku ingini





Tidak ada komentar:

Posting Komentar